Jumpa lagi titipan kali ini..Tidak ada idea nak bercerita...Tapi Ad suka bercerita tentang curiga/prasangka kali ini...Apa makna curiga/prasangka?... Ad pun tak berapa faham apa maksud yg sebenarnya...tapi manusia kerap curiga apabila mereka tidak mengenali seseorang itu dengan mendalam...Kita tidak akan berprasangka atau curiga apabila kita mengenali seseorang itu dengan mendalam..Manusia sering curiga apabila melihat seseorang itu melakukan sesuatu yang bersalahan dengan adat dan budaya kita..Adakah manusia layak menafsirkan tentang perangai manusia lain apabila melihat dengan siapa mereka berkawan?..dengan siapa mereka bergaul?..dengan siapa mereka berkumpul?..Bagi AD ,AD melihat seseorang itu dari sudut perhubungan mereka dengan siapa..Jika kawan-kawan mereka amat jelas menunjukkan akhlak atau norma hidup yang salah Ad akan curiga..Perhubungan mereka akan membuatkan Ad jadi curiga dan prasangka..Adakah apa yang AD fikir ini betul atau tidak AD tidak tahu tapi itulah yang Ad fikir dan tafsir.. Bagi AD ,seseorang itu perlu mengelakkan diri dari fitnah dan curiga orang..Segala kelakuan dan pergaulan mereka perlu dijaga.Mereka perlu menjaga adab2 pergaulan.Disini AD sertakan hadith nabi dan ayat al-quran untuk panduan kita..Semoga kita temui apa yang kita cari dalam hidup ini dan Allah meredhakan dan merestui pencarian kita...Insyallah...
Rasulullooh shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan “ Orang itu mengikuti agama temannya, maka setiap orang dari kamu hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang bukan golonganmu (sebab) mereka senantiasa menimbulkan bahaya bagi kamu dan mereka senang dengan apa yang menyusahkanmu." (QS. Ali Imran:118)
Di riwayat lain Rasululloh mengatakan “Kebiasaan orang itu sama dengan tabiat shahabatnya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang menjadi sahabatnya” (HR. Ahmad).
Dan ia berkata (Ibnu Mas’ud) :"Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya dan mempunyai sifat seperti dirinya." (Al Ibanah 2/476 nomor 499)
Beliau melanjutkan : "Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab
sesungguhnya seseorang tidak akan berteman kecuali dengan orang yang
mengagumkannya (karena seperti dia)." (Al Ibanah 2/477 nomor 501)
dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan
dengan mereka atau menjadi seperti mereka." (Al Ibanah 2/477 nomor 500) Al A'masy mengatakan :"Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah(mengetahui) tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya. " (Al Ibanah 2/476 nomor 498 )
Abdullah bin Mas'ud berkata :"Nilailah tanah ini dengan nama-namanya dan nilailah seorang teman dengan siapa ia berteman." (Al Ibanah 2/479 nomor 509-510)
Amru bin Qais Al Mulaiy berkata : "Jika kamu lihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah harapkanlah dia dan bila ia tumbuh bersama ahli bid'ah berputus-asalah kamu dari (mengharap kebaikan)nya. Karena pemuda itu bergantung di atas apa yang pertama kali ia tumbuh dan dibentuk." (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482 nomor 518)Ia --juga-- mengatakan : "Seorang pemuda itu benar-benar akan berkembang maka jika ia lebih mementingkan duduk dengan Ahli Ilmu ia akan selamat dan jika ia condong kepada yang lain ia akan celaka."
Perhatikan pula apakah diri kita telah menjadi teman yang baik dan saling mengisi kepada teman ataupun sahahabat kita nantinya ya akhi. Alloh berfirman ” ... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Alloh, sungguh, Alloh sangat berat siksaannya. ” (QS. Al Ma’idah : 3)
Dan ingatlah pula kepada firman Alloh ” Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata : ’ Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya, dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al-Qur’an telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak akan menolong/pengkhianat manusia” (QS. Al Furqaan : 27-29)